“The beauty and nobility, the august mission and destiny, of human handwriting.”
Teknologi zaman sekarang telah mencuci otak kita untuk bisa mendapatkan kesederhanaan dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan untuk bisa memfasilitasi manusia untuk mampu meningkatkan produktivitas hidup. Namun, apakah teknologi selalu membawa dampak positif kepada orang awam?
Apalagi dalam hal mengetik yang banyak digunakan orang saat ini. Selain dapat mempermak tulisan, mengetik juga menghemat waktu manusia dalam menyelesaikan tulisan. Lalu, apakah mengetik ini dapat membawa dampak yang positif terus pada manusia?
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menulis tangan dan mengetik memberikan perbandingan ilmiah yang perlu dicerna guna untuk bisa meningkatkan kualitas otak manusia. Penelitian Longcamp dan kawan-kawan (2005) misalnya, mereka telah menguji 38 orang anak berumur 3-5 tahun untuk menyalin huruf-huruf alfabet menggunakan dua metode: menulis tangan dan mengetik. Dari dua tes rekognisi yang dilakukan tiga minggu kemudian, hasilnya mengatakan bahwa pelatihan tulis tangan pada anak yang lebih tua akan menghasilkan kemampuan rekognisi yang lebih baik ke depannya daripada pelatihan mengetik.
Pada artikel yang diungkapkan oleh The Telegraph bahwa dengan menulis, otak kita menerima umpan balik melalui otot dan jari yang digunakan untuk menulis. Umpan balik ini sifatnya lebih kuat daripada umpan balik yang diterima ketika kita hanya menyentuh tombol-tombol keyboard.
“Walaupun memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan sekedar memencet tombol, menulis tangan juga dapat mempengaruhi aspek temporal dari otak untuk membantu proses belajar seseorang, hal ini berkaitan dengan bahasa.” ucap Prof. Anne Mangen dariUniversity of Stavanger, Norwegia.
Walaupun begitu, teknologi semakin hari semakin bisa mencapai masa kejayaannya dengan berbagai metode untuk bisa menyederhanakan kualitas hidup manusia. Seperti halnya di Indiana, departemen pendidikan sudah tidak terlalu menfokuskan untuk mengajari menulis tangan kepada murid-muridnya. Mereka justru diharapkan untuk bisa terbiasa untuk mengoperasikan keyboard. Contohnya, siswa/i kelas II diajarkan untuk menulis tangan, tetapi materi ini tidak dilanjutkan ketika ke siswa/i kelas III dan IV.
Selain itu, efektifitas untuk menulis tangan pada zaman teknologi kelas atas seperti sekarang ini sudah tidak terlalu tinggi dibandingkan zaman-zaman sebelumnya. Untuk sebagian orang yang masih berokupasi sebagai mahasiswa, mereka mungkin akan beropini bahwa lebih cepat dan mudah untuk mencatat sesuatu di laptop atau komputer dibandingkan mencatat di buku catatan. Beda halnya dengan orang dewasa yang pada saat mereka masih SMA atau kuliah masih harus membawa buku catatan setiap hari untuk belajar.
Terkadang memang pengetahuan ilmiah bisa tersapu secara halus oleh keberadaan teknologi. Tetapi, kita tinggal melihat dampak jangka panjang dari kebijakan setiap institusi atau sekolah, apakah lebih meniupkan berita positif atau justru menguburnya dalam-dalam?
0 comments:
Post a Comment