“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.”

Saturday, April 20, 2013

Kematangan Emosi Remaja


“Teenagers. Everything is so apocalyptic.”

Kematangan emosi yang dicapai remaja diperoleh melalui proses kognitif. Dalam proses tersebut remaja akan memperoleh gambaran tentang situasi-situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Salah satu caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Adanya keterbukaan mengenai perasaan dan masalah pribadinya serta rasa aman dalam hubungan sosial dapat membuat remaja lebih memahami keadaan dirinya.

Menurut Yusuf (2004), Kematangan emosi remaja ditandai oleh :


(a) Adekuasi emosi yaitu adanya cinta kasih, simpati, altruis (senang menolong orang lain), respek (sikap hormat atau menghargai orang lain), dan ramah.


(b) Pengendalian emosi ditandai oleh tidak mudah tersinggung, tidak agresif, bersikap optimis dan tidak pesimis (putus asa), dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar.


Enam aspek kematangan emosi menurut Overstreet (Schneiders, 1955) adalah :

a. Sikap untuk belajar

Bersikap terbuka untuk menambah pengetahuan dari pengalaman hidupnya. Artinya individu yang matang emosinya mampu mengambil pelajaran dari pengalaman hidupnya dan pengalaman orang di sekitarnya untuk digunakan dalam menjalani kehidupannya.


b. Memiliki rasa tanggung jawab

Dalam mengambil keputusan atau melakukan suatu tindakan berani menanggung resikonya. Individu yang matang tahu bahwa setiap orang bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Hal ini berarti bahwa individu yang matang tetap dapat meminta saran atau meniru tingkah laku yang baik dari lingkungannya.


c. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif

Artinya adanya kemampuan untuk mengatakan apa yang hendak dikemukakan dan mampu mengatakannya dengan percaya diri, tepat dan peka akan situasi


d. Memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan sosial

Individu yang matang mampu melihat kebutuhan individu lain dan memberikan potensi dirinya untuk dibagikan pada individu lain yang membutuhkan. Individu yang matang mampu menunjukkan ekspresi cintanya dan mampu menerima cinta dari individu lain.


e. Beralih dari egosentrisme ke sosiosentrisme

Artinya individ mampu melihat dirinya sebagai bagian dari kelompok. Individu mengembangkan hubungan afeksi, saling mendukung, dan bekerja sama. Untuk itu diperlukan adanya empati, sehingga dapat memahami perasaan individu lain.


f. Falsafah hidup yang terintegrasi

Hal ini berhubungan dengan cara berpikir individu yang matang yang bersifat menyeluruh, yaitu memperhatikan fakta-fakta tertentu secara tersendiri dan menggabungkannya untuk melihat arti keseluruhan yang muncul. Dengan demikian, tindakan sekarang dan terencana masa depan dibuat dengan berbagai pertimbangan, didasarkan pada penilaian yang objektif dan terlepas dari prasangka.


1 comments:

  1. permisi kak, mau tanya kalo boleh tau referensi bukunya apa ya? buat referensi skripsi :) terimakasih

    ReplyDelete

Powered by Blogger.

© 2011 Learning by Sharing, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena