“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.”

Friday, June 7, 2013

Revisi Tugas Observasi PDDK : E-Learning


Tugas Observasi E-Learning
Oleh: Kelompok 6
      A.    Identitas Sekolah
·      Nama Sekolah: SMA Methodist-2 Medan
·      Alamat Sekolah: Jalan MH Thamrin no 96, 20212, Medan
·      Telepon: (061) 4565281, 4563662, 4558540
·      Uang Sekolah: Rp. 480.000,-
·      Konsep E-learning:
      1. Ada mata pelajaran TIK yang menggunakan komputer sebagai media belajar.
     2. Ada beberapa mata pelajaran dengan topik tertentu yang memperbolehkan murid untuk menggunakan laptop selama topik dibahas. (tergantung guru ajar yang masuk)
      3. Beberapa guru yang sudah mulai memanfaatkan Power Point dalam mengajar.
·      Konsep E-learning sudah digunakan oleh sekolah ini sejak tahun 2006
      B.    Uraian Aktivitas Observasi
·      Hari pelaksanaan: Jumat, 10 Mei 2013
·      Waktu pelaksanaan: 10.00 – 11.30
·      Pembagian Tugas:
ü  Benny Chang      (12-023)= Wawancara
ü  Muhammad Saif (12-027)= Wawancara
ü  Juliana Eka Putri (12-055)= Observasi ke  ruang TIK + kelas
ü  Asri Kahfi K.      (12-089)= Wawancara
ü  Nuovi Adeline    (12-099)= Observasi ke  ruang TIK + kelas
·      Narasumber:
ü  Bob Saragih, SE, MSc (WAKA I)     
ü  J.B.H Malaoe, ST. (Guru Mata Pelajaran Fisika)
ü  Elys, MSc. (Guru Mata Pelajaran Biologi)
ü  Hendy, ST (Guru Mata Pelajaran TIK)
ü  Darling Febriani (siswi kelas XI IPA 5)
ü  Cynthia Wiem (siswi kelas XI IPA 5)
ü  Billy Darwis (siswa kelas XI IPA 5)
      C.   Laporan Hasil Observasi
                        I.         Pendahuluan
Peradaban manusia yang semakin maju dan berkembang membuat ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu hal yang paling berkembang di zaman globalisasi ini. Saat ini, umat manusia cenderung dengan teknologi, baik dalam dunia bisnis mereka, pendidikan, pertemanan, dan sebagainya. Dunia pendidikan adalah salah satu bagian dari diri manusia yang berkembang sangat pesat dikarenakan adanya teknologi, salah satu bentuknya adalah e-learning. Menyadari hal itu, dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan, topik yang diangkat untuk penelitian ini adalah “Observasi Penggunaan E-Learning di Sekolah”
Tanpa dipungkiri lagi, dunia pendidikan sekarang ini tidak pernah luput dari yang namanya teknologi. Dari tahun ke tahun, dunia pendidikan semakin dimodifikasi dan disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Bahkan dalam hal mengembangkan pendidikan saja, juga menggunakan teknologi-teknologi penelitian termutakhir, Contohnya saja pada tahun 90-an, sekolah-sekolah belum menggunakan komputer sebagai salah satu media belajar. Berbeda pada awal 2000-an dimana sedikit demi sedikit komputer sudah diperkenalkan dalam dunia pendidikan dan digunakan sebagai media belajar. Semakin berkembangnya zaman, kita sendiri tahu bahwa sekarang ini, hampir setiap sekolah (walaupun tidak semuanya) telah menggunakan komputer sebagai salah satu media belajarnya. Baik sebagai salah satu mata pelajaran praktikum, digunakan dalam membuat tugas, bahkan sebagai media berkomunikasi dengan guru maupun teman sebaya. (Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan). Ini lah mengawali e-learning.
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru-guru yang menggunakan konsep e-learning dalam mengajar dan beberapa siswa Methodist-2 Medan. Sekolah ini dipilih karena teknologi yang disediakan sudah cukup memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep e-learning yang digunakan sekolah ini dengan dukungan teori-teori dari motivasi belajar, teori belajar, orientasi belajar, serta manajemen kelas.
                      II.         Landasan Teori
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak positif pada semakin terbukanya dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia menembus ruang dan waktu. Adapun dampak negatifnya adalah masuknya nilai, norma, aturan dan moral kehidupan negara luar ke dalam negeri ini. Menghadapi kenyataan ini, maka peran pendidikan sangat penting untuk mengembangkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatifnya. Pendidikan merupakan sebuah proses akademik yang tujuannya untuk meningkatkan nilai sosial, budaya, moral, maupun agama peserta didik; juga mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan dan pengalaman dalam kehidupan nyata. Adapun peran pengajar disini adalah berusaha mengarahkan peserta didik agar mampu memaksimalkan pengetahuan dan keterampilannya.
Menurut buku Santrock, jika murid ingin siap kerja, teknologi harus menjadi bagian yang integral dari sekolah dan pelajaran di kelas. Orang menggunakan komputer, bolpoin, surat, dan telepon untuk berkomunikasi. Hal ini merupakan revolusi teknologi. Masyarakat masih mengandalkan beberapa keahlian non-teknologi mendasar seperti keterampilan berkomunikasi, kemampuan memecahkan masalah, berpikir mendalam, berpikir kreatif, dan bersikap positif. Akan tetapi, di dunia yang kini berorientasi pada teknologi, kompetensi orang makin ditantang dan diperluas dengan cepat (Bitter & Pierson; Collis & Sakamoto, 1996; Nickerson, 2000).
Karena alasan-alasan itulah, banyak sekolah yang sudah mulai memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran siswa-siswinya. Pemanfaatan teknologi inilah yang mengawali adanya e-learning saat ini.
E-learning adalah metode pembelajaran yang bersentuhan dengan teknologi. E-learning sendiri dapat dibedakan menjadi:
·      Offline
·      Online
·      Langsung
·      Tidak langsung
Pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran mempunyai kaitan yang erat dengan teori-teori psikologi pendidikan. Beberapa teori yang akan dibahas pada kesempatan kali ini yaitu:
                                         I.         Teori Motivasi
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Ada beberapa perspektif dalam teori motivasi, antara lain:
a.     Perspektif Behavioral
Perspektif Behavioral menekankan pada imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci motivasi murid.
b.     Perspektif Humanistis
Perspektif Humanistis menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka, dan kualitas-kualitas positif mereka. Perspektif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow yang mengemukakan Hierarki Kebutuhan Maslow.
c.     Perspektif Kognitif
Perspektif Kognitif menekankan pada pemikiran dan minat murid dalam memandu motivasi mereka. Minat ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka, dan keyakinan mereka terhadap kemampuan yang mereka miliki.
d.     Perspektif Sosial
Pada perspektif ini, kebutuhan afiliasi dianggap akan mempengaruhi motivasi murid, di mana murid yang mempunyai hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya akan memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah.
                                       II.         Teori Belajar
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yanhg diperoleh melalui pengalaman. Beberapa pendekatan untuk pembelajaran:
a.     Behaviorial yaitu pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental.
Dua pandangan pembelajaran Behaviorisme:
· Pengkondisian Klasik, yaitu bentuk pembelajaran asosiatif, di mana stimulus netral diasosiasikan dengan stimulus bermakna untuk menghasilkan respon yang sama.
·  Pengkondisian Operan, yaitu bentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku akan mengubah peluang perilaku tersebut untuk diulang. Dalam pengkondisian operan, ada dikenal beberapa imbalan atau konsekuensi perilaku seperti positive reinforcement, negative reinforcement, positive punishment, dan negative punishment.

b.  Kognitif yaitu pandangan bahwa perilaku dijelaskan melalui proses berpikir manusia. Kegiatan belajar menggunakan pemahaman terhadap hubungan-hubungan teruta,a hubungan antara bagian dengan keseluruhan.
·      Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development)
Jean Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan yang dilalui siswa (tahapan Piaget: Sensorimotor, Preoperasional, Operasional Konkrit, dan Operasional Formal)
·      Kognitif Sosial Albert Bandura
Menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, serta faktor perilaku memainkan peran penting dalam pembelajaran.
Albert Bandura mengeluarkan teori pembelajaran observasional (imitasi/modeling) yaitu pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain.
                                     III.        Humanistik yaitu pandangan yang berpendapat bahwa dalam memahami perilaku seseorang kita harus melihat dari sudut perilaku yang dikeluarkan bukan dari sudut pandang pengamat.
Beberapa tokoh Humanistik dan Teorinya:
·      Combs à kita dapat memahami perilaku seseorang dengan memahami dunia persepsi orang tersebut.
·      Abraham Maslow à perilaku didasari hirarki kebutuhan manusia, di mana manusia berusaha untuk mengaktualisasi diri
·      Carl Rogers à mengemukakan experimental learning, yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa.
                                     IV.         Orientasi Belajar
Orientasi belajar adalah cara yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu.
·      Teacher Centered Learning (TCL)
strategi teacher centered lebih berorientasi pada konten (content oriented) dan guru menjadi pusat pembelajaran, di mana proses belajar dipahami sebagai proses mentransfer informasi. Dalam kaitannya dengan e-learning, biasanya e-learning offline menggunakan strategi ini.
·      Student Centered Learnig (SCL)
Orientasi strategi student centered learning lebih menekankan pada terjadinya kegiatan belajar oleh siswa, atau berorientasi pada pembelajaran (learning oriented). Dengan kata lain, para pengajar atau guru bukan lagi sebagai pusat pemberi informasi akan tetapi guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
                                       V.         Manajemen Kelas
Pengelolaan kelas untuk aktivitas belajar-mengajar sangatlah perlu dilakukan agar pembelajaran yang terjadi dapat maksimal dan tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
Beberapa gaya penataan kelas:
·Gaya auditorium: gaya susunan kelas di mana semua murid duduk menghadap guru.
·Gaya tatap muka: gaya susunan kelas di mana murid saling menghadap.
·Gaya off-set: gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (tiga atau empat orang) duduk di bangku namun tidak berhadapan langsung satu sama lain.
·Gaya seminar: gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.
·Gaya kluster: gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan orang) bekerja dalam kelompok kecil.
                    III.         Pelaksanaan Observasi
Kami berangkat menuju lokasi sekitar jam 09.30 dari kampus dan tiba di lokasi sekitar jam 09.45. Setelah mengurus surat-surat dan sebagainya, masing-masing dari kami langsung melakukan tugas yang telah kami masing-masing yang telah dibagi agar waktu yang kami gunakan efektif. Proses Observasi yang kami lakukan berlangsung dengan baik. Para guru di sekolah tersebut sangat ramah dan sangat membantu kami dalam proses observasi (dalam wawancara, misalnya). Para siswa di dalam kelas juga sangat membantu kami ketika kami melakukan observasi kelas, di mana mereka sangat tertib dan dapat belajar seperti biasa dengan kehadiran kami.
                    IV.         Laporan Observasi
                    Dari wawancara dengan narasumber yang terdiri atas Wakil Kepala Sekolah SMA Methodist-2 beberapa guru ajar, dan beberapa siswa mengakui bahwa:

  •           Penggunaan e-learning di sekolah ini masih belum begitu berkembang dikarenakan adanya peraturan sekolah yang melarang siswa membawa teknologi komunikasi. Menurut narasumber, adanya pemberlakuan keterangan tersebut dikarenakan banyak siswa-siswi yang menyalahgunakan teknologi tersebut untuk bermain game di kelas ketika pelajaran sedang berlangsung. Dari keterangan narasumber, kelompok mengasumsikan bahwa perkembangan e-learning di sekolah SMA Methodist-2 Medan terhambat karena adanya bentuk Teori Belajar Behavioral dari sekolah yang melakukan negative punishment yaitu dengan adanya peraturan sekolah yang melarang siswa membawa teknologi komunikasi. 
  •           Para narasumber mengatakan bahwa penggunaan e-learning di dalam sekolah sejauh ini lebih berupa program offline, yakni melalui Power Point. Banyak guru ajar yang memilih metode ini karena siswa akan diperlihatkan langsung beberapa gambar interaktif, video, dan audio yang akan mendukung materi pelajaran. Dari keterangan narasumber dan juga ditambahkan fakta yang kelompok lihat di dalam kelas, kelompok dapat mengasumsikan bahwa orientasi belajar penggunaan e-learning sekolah SMA Methodist-2 Medan masih cenderung Teacher Learned Centered, di mana guru akan menjadi pusat pemberi informasi. Begitu pula manajemen kelas untuk penggunaan e-learning yang cenderung bergaya auditorium karena disesuikan dengan metode presentasi dari para guru.
  •          Salah seorang narasumber, yaitu Pak Hendy, ST yang merupakan guru Mata Pelajaran TIK yang juga bertindak sebagai pengurus website sekolah: www.methodist2mdn.sch.id, mengakui bahwa dari traffic website tersebut hampir    seluruh siswa-siswi SMA Methodist-2 Medan membuka forum sekolah setiap harinya. Berkaitan dengan keterangan Beliau tersebut dapat diasumsikan bahwa motivasi siswa dalam mencoba atau mengikuti e-learning cenderung tinggi. 
  •         Murid-murid yang kami wawancarai berkaitan dengan alasan murid-murid mau mengakses forum sekolah, banyak di antara mereka yang mengaku bahwa forum sekolah sangat efektif dalam memenuhi kebutuhan berdiskusi materi belajar namun ada juga yang mengakui bahwa mereka dapat mengobrol dengan teman-teman sekelas mereka. Dari keterangan para siswa, kelompok mengasumsikan bahwa motivasi siswa dalam mengikuti e-learning adalah karena adanya kebutuhan siswa (dijelaskan melalui teori Motivasi Humanistik) dan adanya kebutuhan afiliasi (dijelaskan melalui teori Motivasi Sosial)
                      V.         Evaluasi
Tugas observasi ini seharusnya sudah ditugaskan sejak awal masuknya kami ke semester dua ini, namun karena adanya beberapa halangan sepertinya banyaknya tugas dari mata kuliah lain dan adanya ujian tengah semester yang membuat kami kurang mempunyai waktu untuk mendiskusikan dan merencanakan observasi ini maka tugas ini pun sempat terbengkalai. Akhirnya setelah selesai UTS pada bulan Mei, kelompok baru merencanakan dan mengerjakan tugas ini.
Perencanaan awal yang dilakukan sudah cukup matang dan terstruktur, tetapi dalam pelaksanaannya terjadi beberapa penyimpangan. Misalnya observasi yang diharapkan dapat dilaksanakan di dalam kelas selama setengah jam penuh hanya diizinkan sekolah selama 15 menit. Hal ini menyebabkan kami keteteran dalam mengumpulkan informasi melalui pengamatan kami yang terburu-buru.
Namun, secara keseluruhan, observasi ini telah berjalan dengan lancar dan sangat memuaskan karena kelompok sangat terbantu dengan para narasumber yang bersedia memberikan informasi lebih.
      D.   Rangkuman Hasil Observasi
      Dari tugas observasi di sekolah SMA METHODIST-2 Medan, kelompok dapat menyimpulkan bahwa konsep e-learning di sekolah saat ini masih tergolong belum maju. Hal ini mungkin karena disebabkan oleh beberapa hal yang menurut pihak sekolah akan menganggu aktivitas pembelajar, seperti siswa akan bermain game di dalam kelas. Adapun kaitannya dengan teori-teori yang telah kami pelajari, yaitu didapati bahwa:
  • Dari keterangan narasumber, kelompok mengasumsikan bahwa perkembangan e-learning di sekolah SMA Methodist-2 Medan terhambat karena adanya bentuk Teori Belajar Behavioral dari sekolah yang melakukan negative punishment yaitu dengan adanya peraturan sekolah yang melarang siswa membawa teknologi komunikasi.
  • Dari keterangan narasumber dan juga ditambahkan fakta yang kelompok lihat di dalam kelas, kelompok dapat mengasumsikan bahwa orientasi belajar penggunaan e-learning sekolah SMA Methodist-2 Medan masih cenderung Teacher Learned Centered, di mana guru akan menjadi pusat pemberi informasi. Begitu pula manajemen kelas untuk penggunaan e-learning yang cenderung bergaya auditorium karena disesuikan dengan metode presentasi dari para guru.
  • Diasumsikan bahwa motivasi siswa dalam mencoba atau mengikuti e-learning cenderung tinggi mengingat adanya pengakuan website sekolah diakses hampir semua siswa setiap harinya.
  • Dari pengakuan siswa SMA Methodist-2 Medan, kelompok mengasumsikan bahwa motivasi siswa dalam mengikuti e-learning adalah karena adanya kebutuhan siswa (dijelaskan melalui teori Motivasi Humanistik) dan adanya kebutuhan afiliasi (dijelaskan melalui teori Motivasi Sosial)
      E.    Testimoni Tentang Perencanaan dan Proses Observasi
1.     Benny Chang (12-023)
Ini baru pengalaman pertama saya melakukan tugas observasi ke sekolah-sekolah, meskipun awalnya saya agak grogi karena sedang mengobservasi murid-murid yang umurnya lebih muda dua tahun dibandingkan dengan saya, namun seiring berlalunya waktu saya merasa nyaman berada di sekeliling mereka dan mulai mengobservasi apa-apa saja yang dilakukan mereka ketika sedang belajar dan juga bertanya-tanya apakah mereka lebih mengerti dengan yang diajarkan oleh guru yang menggunakan Power Point dibandingkan papan tulis manual. Pengalaman saya ketika mengobservasi dan mewawancarai beberapa murid sangat menyenangkan bagiku karena memberikan pengalaman-pengalaman baru yang berguna untuk di masa yang akan datang dan menurut saya tugas mengobservasi ini sangat bagus karena melatih kemampuan mahasiswa dalam tanya jawab atau wawancara serta melatih keberanian.
2.     Muhammad Saif (12-027)
Dari hasil observasi ini, banyak hal-hal baru yang saya dapatkan dari interaksi murid-murid di sana. Salah satunya adalah di mana penggunaan internet dalam pencarian informasi pendidikan untuk proses pembelajaran sudah dilakukan secara maksimal tampak dari murid-muridnya yang memahami konsep pembelajaran yang lebih baik.
3.     Juliana Eka Putri (12-055)
Tugas observasi ini membantu saya dan teman-teman memahami landasan teori yang dipelajari di kelas. Saya mendapat pengalaman meninjau proses belajar-mengajar dan melakukan wawancara walaupun hanya dalam waktu singkat
4.     Asri Kahfi Kasura (12-089)
     Menurut saya kegiatan ini sangat asyik karena wawasan yang telah saya dapatkan dapat diaplikasikan langsung dengan mengamati proses belajar di sekolah ini. Kerja kelompok juga sangat kompak karena kita dapat memilih anggota kelompok kita sendiri sehingga waktu pengerjaan pun sangat efektif dan efisien. Dari observasi yang kami lakukan, saya mendapati bahwa e-learning masih belum begitu diterapkan di sekolah ini.

5.     Nuovi Adeline (12-099)
Saya belajar banyak melalui tugas observasi yang kami lakukan di sekolah SMA METHODIST-2 Medan di mana saya belajar untuk bekerja sama dengan teman-teman sekelompok di dalam pembagian tugas, melakukan pengamatan dan mengamati proses belajar yang dilakukan siswa dengan cermat untuk menarik informasi yang diperlukan. Banyak pengalaman baru yang saya dapatkan dari tugas ini.
Read More
Powered by Blogger.

© 2011 Learning by Sharing, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena