“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.”

Wednesday, March 6, 2013

The Halo Effect : Ketika Pikiranmu Sendiri Adalah Sebuah Misteri


Halo Effect bukanlah hal yang baru di dalam dunia psikologi. Halo Effect adalah sebuah gagasan umum tentang seseorang (contohnya: dia sangat mudah disukai) yang membuat kita menyimpulkan sendiri kepribadian dari orang tersebut. Contoh yang paling nyata dapat didemonstrasikan oleh para artis Hollywood yang kita idolakan. Mereka sering tampil menarik, percaya diri, dan ramah sehingga kita akan (secara alamiah) menyimpulkan juga bahwa mereka adalah orang yang pintar, baik, bertanggung jawab, dan sebagainya. Itu yang kita lakukan sampai adanya bukti-bukti yang dapat membuktikan kepribadian mereka yang sebenarnya.

Politisi-politisi juga sering memanfaatkan halo effect untuk kepentingan mereka. Contohnya mereka akan tampil hangat, ramah, dan dapat dihandalkan di depan warga negaranya. Kita akan percaya bahwa mereka adalah orang yang baik karena mereka berperilaku atau berpenampilan demikian, sesederhana itu.

Setelah menyadari akan halo effect ini, Anda mungkin akan berpikir untuk mengontrolnya dan menginstropeksi diri agar kesalahan-kesalahan dalam menilai orang (misalnya) tidak terulang kembali. Pada tahun 1970, seorang psikolog terkenal, Richard Nisbett, melakukan penelitian untuk menjelaskan halo effect ini.

Nisbett & Wilson, 1977 ingin meneliti cara mahasiswa menilai dosennya. Mereka memberitahukan kepada mahasiswa-mahasiswa yang akan diteliti bahwa mereka tertarik dalam meneliti apakah penilaian bergantung kepada intensitas mahasiswa bertemu sang dosen, sebagai suatu bahan penilaian kepada para dosen. (yang sebenarnya adalah kamuflase)

Pada penelitian itu, para mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok yang akan dipertontonkan dua video yang berbeda dengan dosen yang sama, yang mempunyai aksen Belgia yang sangat kental. (ini sangatlah penting!). Grup pertama menonton video yang mana sang dosen menjawab pertanyaan dengan sabar dan hangat. Grup kedua menonton video dengan dosen yang sama dan pertanyaan yang sama, namun dosen tersebut menjawabnya dengan dingin.

Para peneliti memastikan dengan jelas bahwa alter-ego dosen mana yang akan lebih disukai. Di video yang satu, dosen terlihat ramah dan sangat suka mengajar, sedangkan di video yang kedua, dosen terlihat dingin dan tidak suka belajar sama sekali.

Setelah kedua grup selesai menonton video, mereka diminta untuk menilai penampilan, tata krama, dan bahkan aksennya! Konsisten dengan halo effect mereka, grup pertama yang melihat sisi dosen yang hangat memberi nilai yang tinggi untuk penampilan, tata krama, dan aksennya.

Penilaian yang Dilakukan Tanpa Disadari
Yang mengejutkan adalah para mahasiswa grup pertama tidak mengetahui alasan mereka memberikan dosen tersebut nilai yang tinggi untuk ketiga kriteria penilaian. Para peneliti pun menyatakan bahwa kesukaan mereka kepada sang dosen telah mempengaruhi penilaian mereka. Menanggapi hal ini, banyak di antara mereka yang mengatakan bahwa kesukaan mereka kepada sang dosen tidak mempengaruhi penilaian mereka sama sekali.

Grup mahasiswa kedua - yang melihat sisi buruk sang dosen- sebaliknya menilai dosen tersebut dengan nilai yang sangat rendah untuk ketiga kriteria penilaian. Beberapa di antara mereka mengakui bahwa mungkin karakter dosen yang mereka lihat telah mempengaruhi keseluruhan penilaian mereka.

Merasa kurang puas, para peneliti kemudian mengadakan wawancara dengan satu-satu murid dan mereka masih yakin bahwa apa yang mereka lihat, karakter apa yang mereka tahu dari sang dosen, tidak sedikit pun mempengaruhi keseluruhan penilaian mereka. Mereka sangat yakin telah menilai sang dosen berdasarkan penampilan, tata krama, dan aksen dosen tersebut.

Kegunaan Halo Effect
Halo effect
sebenarnya adalah hal yang sangat umum digunakan, terutama di dunia bisnis. Menurut buku yang dikarang John Marconi, 'Reputation Marketing', buku yang berlabel "Harvard Classic" akan dapat dijual dua kali lebih mahal dibandingkan dengan buku yang sama namun tanpa label apa pun. Contoh lainnya adalah di dunia fashion, yang mana barang-barang branded akan lebih mahal harganya dibandingkan yang tidak, walaupun menggunakan bahan yang sama.

Apa yang didemonstrasikan dari penelitian ini adalah walaupun kita dapat memahami halo effect secara ilmiah, namun sesungguhnya kita tidak pernah tahu kapan halo effect akan terjadi. Inilah yang dapat dimanfaatkan dunia marketing dan bisnis. Karena kita tidak tahu kapan akan terjadi halo effect, sehingga kita tidak dapat mengontrolnya. Bahkan kita tidak akan tahu kapan halo effect telah terjadi, dan mungkin kita akan mengelas ketika ditanyai.

Jadi, lain kali, sebelum Anda mengikuti pemilihan umum, membeli barang-barang bermerk, tanyakan kepada diri anda, apakah halo effect sedang terjadi? Periksa dahulu dengan baik agar Anda tidak salah memilih orang dan menghabiskan terlalu banyak uang.

Atau mungkin setelah Anda periksa pun, Anda tetap tidak tahu jawabannya? lols

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.

© 2011 Learning by Sharing, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena