“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.”

Saturday, March 30, 2013

Tujuh Fakta Tentang Mimpi




Semua orang pasti pernah bermimpi. Mimpi bisa menjadi hal yang menarik, menyenangkan, menakutkan atau hal-hal aneh yang tak masuk akal. Mengapa kita bermimpi masih menjadi salah satu pertanyaan terbesar dalam psikologi yang “belum terjawab”, meskipun banyak ahli mencoba mendefinisikan tentang mimpi, termasuk Sigmund Freud . Namun demikian, saat ini ilmuwan masih terus menelusuri dan meneliti tentang mimpi. 

Mimpi bisa menjadi bermakna pada setiap orang. Berikut adalah fakta-fakta tentang mimpi yang berdasarkan hasil riset terhadap orang-orang yang mengalami mimpi.

1. Setiap Orang Pernah Bermimpi
Ya, setiap orang mengalami yang namanya mimpi , pria, wanita dan seorang bayi, bahkan orang yang mengaku tidak pernah bermimpi pun dalam sebuah riset terbukti mengalami mimpi. Dalam beberapa penelitian tentang orang-orang yang mengaku tidak pernah bermimpi, saat dilakukan riset yang dibantu pengukuran Rapid Eye Movement Sleep (REM sleep), ditemukan bahwa mereka juga bermimpi. Namun kesulitan untuk mengingat mimpi tersebut saat terbangun.

2. Mimpi Sulit untuk Diingat
Hasil penelitian tentang mimpi yang dilakukan J. Allan Hobson, menyebutkan sebanyak 95 persen dari semua mimpi dengan cepat dilupakan sesaat setelah bangun tidur. Mengapa mimpi kita sulit untuk diingat? Menurut salah satu hasil penelitian tsb mengatakan bahwa perubahan dalam otak yang terjadi selama tidur tidak mendukung pengolahan informasi dan penyimpanan yang diperlukan untuk pembentukan memori. Scan otak individu yang sedang tidur menunjukkan bahwa lobus frontal, daerah yang memainkan peran kunci dalam pembentukan memori, tidak aktif selama tidur REM, tahap di mana bermimpi terjadi.

3. Tidak Semua Mimpi memiliki Warna
Anda ingat mimpi anda? kalau ingat, apa kira-kira warna yang muncul dalam mimpi anda? Hitam putih? Merah atau Pink…? Sebanyak 80% dari semua mimpi memiliki warna, namun sedikit yang bisa menjelaskan warna tersebut, dan hanya memperkirakan warna tersebut hanya hitam dan putih. Sebagian besar subyek penelitian mengaku hanya melihat warna-warna lembut/bayangan dalam mimpi mereka. Bagaimana dengan anda?

4. Lelaki dan perempuan memiliki mimpi yang berbeda
Para peneliti telah menemukan sejumlah perbedaan antara pria dan wanita ketika ‘melihat’ isi dari mimpi mereka. Dalam sebuah penelitian, William Domhoff mengatakan, pria lebih banyak bermimpi tentang agresifitas dan maskulinitas. Sedangkan perempuan cenderung untuk memiliki mimpi sedikit lebih panjang mirip sebuah kisah. Dalam mimpi pria, ‘seorang wanita’ seringkali hadir dan lebih dominan dalam mimpi mereka. Sedangkan perempuan, persentase kehadiran keduanya (pria dan wanita) dalam mimpi sama besarnya.

5. Binatang juga Bermimpi?
Apakah Anda pernah melihat seekor kucing mengibas ekornya saat tidur atau memindahkan kakinya saat tidur? Meskipun sulit untuk mengatakan dengan pasti apakah binatang itu benar-benar bermimpi, peneliti percaya bahwa ada kemungkinan bahwa binatang memang bermimpi. Sama seperti manusia, hewan melalui tahapan-tahapan tidur yang mencakup siklus tidur ; Rapid Eye Movement (REM) dan Non-rapid Eye Movement (NREM). Dalam sebuah penelitian, gorila diajarkan bahasa isyarat sebagai alat komunikasi. Hasilnya, gorila “memilih” sebuah gambar, mungkin menunjukkan pengalaman bermimpi.

6. Anda dapat mengontrol isi mimpi Anda
Dalam Lucid Dream, si pemimpi mungkin dapat melakukan kontrol dan berpartisipasi dalam mimpi, mengendalikan isi mimpi atau memanipulasi pengalaman imajiner mereka dalam lingkungan mimpi. Lucid dream, sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Frederik van Eeden, psikiatris asal belanda mengatakan bahwa terkadang kita bisa mengontrol mimpi kita, bahkan ‘melanjutkan’ mimpi tersebut saat sejenak kita terbangun. Anda pernah bermimpi indah tapi tiba-tiba terbangun? Dan saat tidur kembali anda ingin sekali melanjutkan mimpi tersebut? Saya yakin, satu dari sekian juta kali kita bermimpi terkadang mimpi tersebut memang benar-benar berlanjut.

7. Emosi Negatif selalu mengiring Mimpi Anda
Selama jangka waktu lebih dari empat puluh tahun, peneliti Calvin S. Balai mengumpulkan lebih dari 50.000 laporan mimpi dari mahasiswa. Laporan-laporan ini dibuat pada 1990-an dan mengungkapkan bahwa banyak emosi yang dialami selama mimpi termasuk sukacita, kebahagiaan dan ketakutan. Emosi yang paling umum dialami dalam mimpi adalah kegelisahan, dan emosi negatif secara umum adalah jauh lebih umum daripada yang positif. 

Sebetulnya masih banyak lagi fakta menarik tentang mimpi, namun untuk sementara 7 hal tersebut lebih relevan dan mudah dipahami kita semua. Fakta bahwa mimpi bisa menjadi begitu banyak interpretasi yang menarik inilah yang menyebabkan banyak orang percaya bahwa ada arti dalam mimpi kita.




Read More

Sunday, March 24, 2013

Teori Tentang Cinta: Sebuah Penjelasan


"Love is simultaneous mutual regulation, wherein each person meets the needs of the other, because neither can provide for his own."- Thomas Lewis

Cinta adalah emosi dasar manusia, tetapi memahami bagaimana dan mengapa hal itu terjadi bukanlah hal yang mudah. Bahkan, untuk waktu yang lama, para ilmuwan beranggapan bahwa cinta hanyalah sebuah ilmu tidak bisa mengerti. Tapi jangan khawatir, kita tetap bisa memahami apa itu cinta. Berikut ini adalah 4 teori cinta yang menjelaskan perbedaan antara cinta, suka (menyukai), dan ikatan emosional:

1. Suka VS Cinta

Psikolog Zick Rubin menjelaskan bahwa cinta yang romantis terdiri dari tiga unsur, yakni : keterikatan (attachment), kepedulian (caring), dan keintiman (intimacy). Keterikatan adalah kebutuhan untuk menerima perhatian dan kontak fisik dengan orang lain. Kepedulian (caring) adalah kemampuan yang anda miliki untuk menghargai dan memberikan kebahagiaan untuk orang lain. Sedangkan keintiman (intimacy) mengacu pada kebutuhan untuk berbagi pemikiran, keinginan dan perasaan dengan orang lain.
Berdasarkan definisi tersebut, Rubin merancang skala tentang menyukai dan mencintai (Rubin’s Scales of Liking and Loving). Skala ini mengungkapkan apakah seseorang mencintai atau hanya sebatas menyukai. Dalam sebuah studi, Rubin meminta sejumlah responden untuk mengisi skala, berdasarkan bagaimana perasaan mereka kepada pasangan dan teman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perasaan terhadap teman memiliki skor tinggi pada skala menyukai dan perasaan terhadap pasangan memiliki nilai tinggi pada skala mencintai.
Cinta bukanlah konsep yang konkret dan karena itu sulit untuk diukur. Namun, Rubin’s Scales of Liking and Loving menawarkan cara untuk mengukur perasaan cinta yang kompleks.

2. Kasih Sayang VS Gairah
Menurut profesor psikologi Universitas Hawaii, Elaine Hatfield, ada dua tipe dasar cinta, yaitu cinta kasih sayang (compassionate love) dan gairah cinta (passionate love). Cinta kasih sayang ditandai dengan adanya saling keterikatan, saling menghormati, menghargai, kepedulian dan kepercayaan. Kasih sayang biasanya tumbuh berkembang dari perasaan saling pengertian dan rasa saling menghargai satu sama lain.
Sedangkan cinta yang dilandasi gairah (passionate love) ditandai dengan emosi yang intens, daya tarik seksual, kecemasan dan afeksi. Ketika cinta terbalaskan (reciprocated love), orang merasa gembira dan bahagia. Namun jika cinta tak terbalaskan (unreciprocated love), akan menyebabkan perasaan sedih, berkecil hati dan bahkan putus asa.



Hatfield menunjukkan bahwa cinta yang didasari oleh gairah adalah fana, karena dipengaruhi fungsi fisiologis pada manusia. Seperti anda merasa bergairah jika berada di depan seorang wanita cantik atau lelaki keren. Menurut Hatfield, idealnya, cinta adalah hubungan yang menggabungkan antara kenyamanan dan kasih sayang dengan gairah itu sendiri. Sehingga hubungan antara pasangan akan bertahan lama dan terhindar dari masalah selingkuh maupun perceraian

3. Teori Roda Tentang Cinta
Pada tahun 1973, John Lee dalam buku klassik-nya The Colors of Love, menganalogikan tipe cinta dengan teori tentang roda/lingkaran warna (color wheel/color circle), yakni sebuah ilustrasi abstrak tentang keterkaitan antara warna-warna primer, warna sekunder dan warna komplementer (lihat penjelasan color wheel disini).



Sama seperti ada tiga warna utama, Lee menjelaskan bahwa ada tiga tipe utama dari cinta, yaitu adalah Eros, Ludos dan Storge. Eros adalah perasaan cinta kepada seseorang yang dianggap paling ideal. Ludos menganggap cinta sebagai sebuah permainan, sedangkan Storge menganggap cinta sebatas persahabatan.

Sama halnya dengan analogi color wheel, cinta juga merupakan kombinasi antara Eros, Ludos dan Storge. Kombinasi tersebut antara lain:

Mania (Eros + Ludos) = Cinta yang obsesif (Obsessive love);
Pragma (Ludos + Storge) = Cinta yang realistis dan praktis (Practical love);
Agape (Eros + Storge) = Cinta tanpa pamrih (Selfless love)

4. Teori Segitiga Tentang Cinta

Cinta segitiga yang dimaksud disini bukan yang sering kita dengar; adanya pihak ketiga dalam sebuah hubungan. Melainkan tiga komponen cinta (triangular theory of love)menurut Robert Sternberg. Sternberg menjelaskan bahwa ada tiga komponen cinta, yaitu : keintiman (intimacy), gairah (passion) dan komitmen (commitment).

Keintiman – Yang meliputi perasaan keterikatan, kedekatan, keterhubungan, dll.
Passion – Yang meliputi antara cinta yang romantis dan daya tarik seksual.
Komitmen – Yakni keputusan untuk tetap bersama pasangan dalam waktu yang panjang.



Kombinasi yang berbeda dari ketiga komponen menghasilkan berbagai jenis cinta. Misalnya, kombinasi keintiman dan komitmen dalam cinta kasih penuh kasih sayang (compassionate love), sedangkan kombinasi gairah dan keintiman menyebabkan gairah cinta (passionate love).

Sternberg memperkenalkan istilah cinta sempurna (consummate love) untuk menggambarkan kombinasi antara keintiman, gairah dan komitmen. Hubungan yang dibangun pada dua individu akan lebih sempurna jika didasarkan pada kombinasi ketiganya. Meskipun begitu, Sternberg menyangsikan adanya cinta yang sempurna di dunia ini, bagaimana dengan anda?

Itulah beberapa teori tentang cinta yang ada. Namun,  bukankah sesungguhnya, cinta adalah sebuah pertanyaan: "mengapa", yang tidak memerlukan jawaban, karena jawaban ada pada cinta itu sendiri?


Read More

Saturday, March 23, 2013

Komitmen Diri Pada Fakultas Psikologi USU


"Unless commitment is made, there are only promises and hopes... but no plans."

Beberapa waktu lalu, saya mengikuti latihan kepemimpinan dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara tempat saya menimba ilmu saat ini. Latihan kepemimpinan yang diadakan selama dua hari ini (indoor dan outdoor- red: outbound) mengajarkan saya banyak hal yang mungkin telah mulai menghilang dalam pribadi saya saat ini. Salah satunya adalah tanggung jawab dalam diri masing-masing untuk memimpin diri sendiri sebelum dapat memimpin orang lain, termasuk tanggung jawab dalam berkomitmen terhadap sesuatu. 
Harus saya akui, saya bukanlah orang yang berani berkomitmen, bahkan saya termasuk orang yang berhati-hati dalam membuat suatu komitmen. Saya tahu komitmen adalah sesuatu yang harus kita pegang erat dan jaga dengan baik. Komitmen adalah sebuah prinsip. Karena itulah, saya selalu berpikir dahulu sebelum berkomitmen: Apakah benar komitmen ini dapat saya pegang dan jaga? Apakah saya mampu?
Menjadi seorang mahasiswa Psikologi pun perlu adanya komitmen, dan saya menyadari hal itu. Karena jika sesuatu tanpa komitmen, hanya akan ada janji dan harapan, tanpa adanya rencana. Atas dorongan dosen saya, saya tahu sudah saatnya saya berkomitmen pada Fakultas Psikologi USU. Ini bukanlah semata karena "tugas" atau "suruhan" dosen, namun ini adalah langkah pertama yang akan saya ambil agar saya dapat menjadi orang yang lebih baik dan berencana terhadap apa yang menjadi tujuan saya di masa depan. Ini adalah proses belajar yang harus semua orang lalui agar dapat membentuk karakter yang baik.
Maka, inilah komitmen saya sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi USU:

1. Saya berkomitmen akan mematuhi semua aturan yang telah ditetapkan oleh Fakultas. Saya tidak akan lagi lalai dalam memenuhi semua kegiatan yang diselenggarakan dan akan selalu mematuhi semua aturan yang telah ada. Setelah mengikuti latihan kepemimpinan beberapa waktu lalu, saya mendapati bahwa selama ini saya telah dimanjakan oleh keadaan. Karena itulah, saya saat ini berkomitmen agar dapat keluar dari zona kenyamanan saya dan menjadi seorang pribadi yang lebih kuat dan disiplin serta siap menghadapi semua hal nantinya di masa depan.

2. Saya berkomitmen untuk belajar dengan lebih baik dan rajin selayaknya tugas seorang mahasiswa, agar dapat memahami materi kuliah dengan maksimal. Saya akan lebih rajin lagi dalam mempersiapkan semua materi kuliah sebelum kuliah dimulai, misalnya dengan lebih banyak membaca buku. Saya juga akan mengerjakan seluruh tugas yang diberikan dengan sebaik-baiknya dan dikumpulkan tepat waktu. Saya akan sedapat mungkin memenuhi semua kegiatan yang dilaksanakan Fakultas Psikologi USU guna membangun karakter diri saya menjadi seorang mahasiswa yang baik

3. Saya berkomitmen untuk mengharagai waktu yang ada, yang saya wujudkan dengan lebih tepat waktu dalam memenuhi dan menghadari semua hal, bukan hanya yang berkaitan dengan kegiatan di dalam Fakultas, tetapi juga di luar. Hal ini akan dapat membangun kemandirian saya dan penghargaan saya kepada penyelenggara. Dengan berbuat demikian, orang lain juga akan lebih menghargai saya. Lagipula waktu merupakan hal yang sangat berharga saat ini. Waktu tidak dapat dibeli dan tidak dapat diulang kembali.


4. Saya berkomitmen untuk menjaga etika saya, baik itu di dalam maupun di luar kampus. Terinspirasi dari kegiatan indoor untuk mendukung latihan kepemimpinan beberapa waktu lalu menyadarkan saya akan betapa pentingnya etika dalam kehidupan kita. Etika adalah identitas diri. Apakah kita akan dihargai oleh orang lain, atau bagaimana orang lain akan meresponi segala sikap kita sangat dipengaruhi etika kita. Etika dalam segala aspek kehidupan, akan saya jaga dengan baik, guna menjaga nama baik kampus, keluarga, orang yang saya sayangi, dan diri saya sendiri.


5. Saya berkomitmen untuk menjadi orang yang berguna, berprestasi, bagi bangsa dan negara. Setelah lulus dari bangku kuliah, saya berkomitmen akan mengabdikan diri kepada anak-anak bangsa yang ada di Indonesia, terlebih di kota Medan. Saya yang memang awalnya sangat menyukai anak-anak akan melakukan perubahan kepada para penerus bangsa kita nantinya. Segala hal yang dapat saya berikan, akan saya berikan. Saya menyadari ini adalah langkah yang besar. Namun, jika saya tidak mengambil suatu langkah awal, bagaimana saya dapat mempertahankan motivasi dan komitmen ini? Memasuki bangku kuliah dan memilih jurusan ini adalah salah satu upaya yang saya lakukan untuk memenuhi komitmen saya ini.


6. Saya berkomitmen untuk selalu memenuhi tanggung jawab atas segala kesalahan yang saya lakukan. Untuk menjadi seseorang yang berguna di masyarakat dan pemimpin di masyarakat, saya tahu saya harus berani bertanggung jawab atas semua kelalaian yang telah saya lakukan. Saya bersedia menerima segala konsekuensi dari kesalahan yang saya lakukan dan tidak akan melarikan diri dan menghindar dari semua konsekuensi itu.


Selain dari semua komitmen yang telah saya buat, saya berkomitmen untuk berusaha mewujudkan semua komitmen saya agar tidak mengecewakan diri sendiri dan semua orang yang telah menaruh harapan pada diri saya. Saya akan menjadi orang yang lebih baik di segala aspek kehidupan saya, dan membangun citra mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara menjadi lebih baik lagi.











Read More

Wednesday, March 6, 2013

The Halo Effect : Ketika Pikiranmu Sendiri Adalah Sebuah Misteri


Halo Effect bukanlah hal yang baru di dalam dunia psikologi. Halo Effect adalah sebuah gagasan umum tentang seseorang (contohnya: dia sangat mudah disukai) yang membuat kita menyimpulkan sendiri kepribadian dari orang tersebut. Contoh yang paling nyata dapat didemonstrasikan oleh para artis Hollywood yang kita idolakan. Mereka sering tampil menarik, percaya diri, dan ramah sehingga kita akan (secara alamiah) menyimpulkan juga bahwa mereka adalah orang yang pintar, baik, bertanggung jawab, dan sebagainya. Itu yang kita lakukan sampai adanya bukti-bukti yang dapat membuktikan kepribadian mereka yang sebenarnya.

Politisi-politisi juga sering memanfaatkan halo effect untuk kepentingan mereka. Contohnya mereka akan tampil hangat, ramah, dan dapat dihandalkan di depan warga negaranya. Kita akan percaya bahwa mereka adalah orang yang baik karena mereka berperilaku atau berpenampilan demikian, sesederhana itu.

Setelah menyadari akan halo effect ini, Anda mungkin akan berpikir untuk mengontrolnya dan menginstropeksi diri agar kesalahan-kesalahan dalam menilai orang (misalnya) tidak terulang kembali. Pada tahun 1970, seorang psikolog terkenal, Richard Nisbett, melakukan penelitian untuk menjelaskan halo effect ini.

Nisbett & Wilson, 1977 ingin meneliti cara mahasiswa menilai dosennya. Mereka memberitahukan kepada mahasiswa-mahasiswa yang akan diteliti bahwa mereka tertarik dalam meneliti apakah penilaian bergantung kepada intensitas mahasiswa bertemu sang dosen, sebagai suatu bahan penilaian kepada para dosen. (yang sebenarnya adalah kamuflase)

Pada penelitian itu, para mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok yang akan dipertontonkan dua video yang berbeda dengan dosen yang sama, yang mempunyai aksen Belgia yang sangat kental. (ini sangatlah penting!). Grup pertama menonton video yang mana sang dosen menjawab pertanyaan dengan sabar dan hangat. Grup kedua menonton video dengan dosen yang sama dan pertanyaan yang sama, namun dosen tersebut menjawabnya dengan dingin.

Para peneliti memastikan dengan jelas bahwa alter-ego dosen mana yang akan lebih disukai. Di video yang satu, dosen terlihat ramah dan sangat suka mengajar, sedangkan di video yang kedua, dosen terlihat dingin dan tidak suka belajar sama sekali.

Setelah kedua grup selesai menonton video, mereka diminta untuk menilai penampilan, tata krama, dan bahkan aksennya! Konsisten dengan halo effect mereka, grup pertama yang melihat sisi dosen yang hangat memberi nilai yang tinggi untuk penampilan, tata krama, dan aksennya.

Penilaian yang Dilakukan Tanpa Disadari
Yang mengejutkan adalah para mahasiswa grup pertama tidak mengetahui alasan mereka memberikan dosen tersebut nilai yang tinggi untuk ketiga kriteria penilaian. Para peneliti pun menyatakan bahwa kesukaan mereka kepada sang dosen telah mempengaruhi penilaian mereka. Menanggapi hal ini, banyak di antara mereka yang mengatakan bahwa kesukaan mereka kepada sang dosen tidak mempengaruhi penilaian mereka sama sekali.

Grup mahasiswa kedua - yang melihat sisi buruk sang dosen- sebaliknya menilai dosen tersebut dengan nilai yang sangat rendah untuk ketiga kriteria penilaian. Beberapa di antara mereka mengakui bahwa mungkin karakter dosen yang mereka lihat telah mempengaruhi keseluruhan penilaian mereka.

Merasa kurang puas, para peneliti kemudian mengadakan wawancara dengan satu-satu murid dan mereka masih yakin bahwa apa yang mereka lihat, karakter apa yang mereka tahu dari sang dosen, tidak sedikit pun mempengaruhi keseluruhan penilaian mereka. Mereka sangat yakin telah menilai sang dosen berdasarkan penampilan, tata krama, dan aksen dosen tersebut.

Kegunaan Halo Effect
Halo effect
sebenarnya adalah hal yang sangat umum digunakan, terutama di dunia bisnis. Menurut buku yang dikarang John Marconi, 'Reputation Marketing', buku yang berlabel "Harvard Classic" akan dapat dijual dua kali lebih mahal dibandingkan dengan buku yang sama namun tanpa label apa pun. Contoh lainnya adalah di dunia fashion, yang mana barang-barang branded akan lebih mahal harganya dibandingkan yang tidak, walaupun menggunakan bahan yang sama.

Apa yang didemonstrasikan dari penelitian ini adalah walaupun kita dapat memahami halo effect secara ilmiah, namun sesungguhnya kita tidak pernah tahu kapan halo effect akan terjadi. Inilah yang dapat dimanfaatkan dunia marketing dan bisnis. Karena kita tidak tahu kapan akan terjadi halo effect, sehingga kita tidak dapat mengontrolnya. Bahkan kita tidak akan tahu kapan halo effect telah terjadi, dan mungkin kita akan mengelas ketika ditanyai.

Jadi, lain kali, sebelum Anda mengikuti pemilihan umum, membeli barang-barang bermerk, tanyakan kepada diri anda, apakah halo effect sedang terjadi? Periksa dahulu dengan baik agar Anda tidak salah memilih orang dan menghabiskan terlalu banyak uang.

Atau mungkin setelah Anda periksa pun, Anda tetap tidak tahu jawabannya? lols

Read More

Friday, March 1, 2013

Peran Musik dalam Psikis Manusia


Teknologi yang modern saat ini mungkin berarti semakin mudahnya bagi kita untuk mendengarkan jenis musik yang ingin kita dengarkan, kapan dan di mana pun kita inginkan. Namun, apa pun jenis teknologi yang kita gunakan, alasan kita untuk mendengarkan musik masih sama dan universal.

Musik mempengaruhi emosi kita dan jiwa kita. Hanya dengan beberapa not musik dan barisan lirik, kita dapat dibawa ke dunia yang tidak pernah kita rasakan dan hadapi.
Karena itulah,  Lonsdale and North (2010) melakukan penelitian dengan 300 responden untuk menyimpulkan fungsi musik secara universal. Dan inilah jawaban dari para responden tentang alasan mereka mendengarkan musik (diurutkan berdasarkan tingkat kepentingan musik dalam hidup mereka)

6. Untuk Mempelajari Orang Lain dan Dunia
Musik mengajak kita untuk belajar tentang dunia ini. Musik membawa kita untuk mempelajari orang lain dengan lebih dalam lagi. Musik memberikan kita akses ke pengalaman orang lain dan tempat-tempat yang belum pernah kita tahu.
Musik juga dapat memberitahukan situasi-situasi di dunia pada zaman-zaman tertentu (di mana musik itu dibuat)

5. Identitas Pribadi
Tipe musik yang kita suka, menunjukkan identitas dan kepribadian diri kita. Bahkan genre musik yang begitu luas telah memberikan kita gambaran tentang identitas orang. Musik juga dapat menunjukkan siapa kita dan di mana kita berada. 

4. Hubungan Interpersonal
Urutan keempat fungsi dari musik adalah fungsi sosialnya. Musik adalah salah satu cara berkomunikasi. Kita mendengarkannya ketika kita sedang berbicara dengan orang lain, dan kemudian kita akan membicarakan musiknya. Ini merupakan salah satu cara untuk menciptakan suatu hubungan.
Ada pula penelitian yang menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara musik dan cinta. (Gueguen et al. (2010)) Menurut penelitian Gueguen, wanita yang diajak berkencan sambil mendengarkan musik romantis akan lebih tertarik kepada pria tersebut dibandingkan dengan yang tidak.

3. Negative Mood Management
Saya yakin anda sadar bahwa musik telah berperan penting dalam mengatur mood kita. Ketika kita sedang bad mood, mendengarkan musik dapat membuat kita merasa lebih baik. Ketika kamu sedang merasa sedih, musik yang melow seakan dapat mengungkapkan perasaanmu.
Kita menggunakan musik untuk mengurangi tegangan, mengekspresikan diri kita, dan lari sementara dari kenyataan pahit dalam hidup

Musik tentunya telah membuat kita merasa lebih kuat dalam menghadapi hidup. Ada pula penelitian yang telah membuktikan bahwa musik dapat membantu manusia dalam melewati masalah yang stress dan mengurangi kecemasan.  (Good et al., 2002)

2. Diversion
Jelas. Musik mengubah segalanya. Musik dapat mengubah suasana yang bosan menjadi suasana yang hidup. Mendengarkan musik menjadi sesuatu yang akan kita lakukan pada saat kita tidak mempunyai kegiatan.

Namun, ada sebuah peringatan untuk tidak mendengarkan musik pada saat Anda sedang mengerjakan hal atau aktivitas yang rumit. Penelitian membuktikan musik dapat mengurangi keberhasilan dalam tes kognitif (Cassidy & MacDonald, 2007). Hal ini dikarenakan musik adalah sejenis gangguan dan penelitian ini juga menunjukkan bahwa jenis musik yang paling mengganggu adalah musik yang depresi.

1. Positive Mood Management
Dan inilah alasan pertama mengapa orang mendengarkan musik : membuat mood kita (yang sebenarnya sudah baik) menjadi semakin baik. Musik menyenangkan kita, membuat kita merasa rileks, dan mengatur mood kita menjadi lebih baik.
Musik memberikan kita harapan, walaupun banyak hal tidak berjalan sesuai rencana kita.

Demikianlah beberapa peran musik yang menjadi alasan-alasan orang dalam mendengarkannya.

Bagaimanakah dengan Anda? 
Apakah alasan Anda mendengarkan musik?



Read More
Powered by Blogger.

© 2011 Learning by Sharing, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena